Sunday, November 3, 2013

99 Cahaya di Langit Eropa (Perjalanan Menapaki Jejak Islam di Eropa)

Taken from: Google

Akhirnya,, setelah beberapa waktu yang lama, saya berhasil kembali ke pojok buku ini. Oke, dalam kesempatan kali ini, saya ingin berbagi mengenai isi buku 99 Cahaya di Langit Eropa yang merupakan hasil goresan tangan putri dari seorang tokoh besar negeri ini, Hanum Salsabiela Rais dan suaminya, Rangga Almahendra; Yups, mbak Hanum ini merupakan putri dari Bapak Amien Rais :). Buku ini sudah saya beli sejak dua tahun yang lalu, tetapi sayangnya baru berhasil saya selesaikan membaca setahun setelah buku itu saya beli. Cukup malu rasanya mengingat saya hanya membutuhkan waktu 3-5 hari untuk menyelesaikan membaca novel series Harry Potter yang memiliki jumlah halaman lebih tebal daripada buku ini. Mmm, tapi bukankah lebih baik terlambat daripada tidak menyelesaikannya sama sekali? Hhe. Mengingat besar nya nilai yang terkandung dalam buku ini, maka dalam kesempatan kali ini saya ingin membaginya kepada kalian semua. Semoga setelah membaca review singkat buku ini mampu menyadarkan kita apa misi sesungguhnya atas penciptaan kita di muka bumi ini sebagai seorang muslim :) 

Buku 99 Cahaya di Langit Eropa ini ditulis secara apik oleh mbak Hanum dan suaminya sebagai hasil perenungan dan perjalanan mereka selama tinggal di Eropa. Mengikuti sang suami yang berkesempatan mendapatkan beasiswa doktoral di Wina, Austria; Hanum menghabiskan waktu luangnya untuk menapaki jejak kebesaran Islam di masa silam sembari menunggu panggilan kerja di kampus sang suami. Awal dari perjalanan ini dimulai ketika ia berkenalan dengan seorang wanita Imigran Turki yang sudah tinggal terlebih dahulu di Austria selama 3 tahun bernama Fatma. Fatma merupakan kawan baru dalam kelas bahasa Jerman di sebuah kursus singkat yang diselenggarakan oleh pemerintah Austria yang menemaninya mengawali menyusuri jejak-jejak Islam di bumi Eropa. Perjalanan Hanum di mulai pertama kali dengan mengunjungi Kahlenberg, sebuah bukit atau pegunungan di Wina, Austria yang masih menjadi bagian kecil dari gugusan Alpen yang mengitari 7 negara Eropa. Dalam perjalanan mereka yang pertama itu mereka dipertemukan dengan sekelompok tourists yang dapat dikatakan menghina Islam dan kebudayaan Turki. Alih-alih berdebat dan membuat kekacauan di negeri orang, Fatma menunjukkan pada Hanum, bagaimana seorang muslim harus bertindak dan berperilaku, jelas bukan dengan kekerasan dan adu argument, tetapi dengan cinta kasih terhadap sesama makhluk ciptaan Tuhan. Sungguh sebuah contoh real dari sikap seorang muslim yang taat, rahmatan lil 'alamin :)

Dari Kahlenberg, selanjutnya kita akan diajak pula berkeliling mengunjungi Wien Stadt Museum, sebuah mueum kota
Wina yang didirikan untuk mengabadikan sejarah kota Wina. Dalam perjalanan ini, kita diajak kembali untuk mengenang sejarah Islam tentang seorang panglima perang Turki bernama Kara Mustafa Pasha, yang sesunguhnya merupakan kakek buyut dari Fatma. Meski dalam sejarah Islam beliau disebut sebagai seorang pejuang, tetapi di mata orang Eropa, terutama penduduk kota Wina, beliau dianggap hanyalah sebagai seorang penjahat yang ingin menggempur Wina yang pada akhirnya menimbulkan kerugian dan kematian. Sungguh betapa dalam hal ini kita diingatkan kembali bahwa sesungguhnya kekerasan, dan sikap menggurui bukan lah cara-cara yang baik dalam menyebarkan pengaruh kepada seseorang :)

Dengan bahasa yang ringan dan mudah dicerna, mbak Hanum mampu membawa kita berkeliling dari satu negeri ke negeri lain di kawasan Eropa, berpindah dari menara Eiffel di Paris, Katedral Mesquita Cordoba, Istana Al-Hambra Granada, hingga Hagia Sophia di Istanbul, serta berkunjung dari satu museum ke museum lainnya. Banyak hal luar biasa yang mampu kita ambil dari buku ini. Kita diingatkan kembali akan kebesaran Islam di masa silam, dan bagaimana hal itu hancur karena perbuatan orang Islam sendiri. Dari sosok seorang Fatma, kita mampu mengambil pelajaran bahwa kita umat muslim di seluruh dunia merupakan seorang agent Islam. Tindak tanduk kita dalam hidup bersosialisasi lah yang digunakan oleh masyarakat international untuk mengenal Islam. Menjadi sosok yang rahmatan lil a'lamin merupakan misi terberat yang diemban oleh seluruh muslim di belahan bumi manapun. Maka sungguh tidak lah benar tindakan kekerasan, bom bunuh diri yang mengatasnamakan agama yang pada akhirnya hanya menimbulkan kerugian dan kesengsaraan bagi masyarakat banyak, sungguh itu bukanlah tindakan seorang pembawa rahmat dan kebaikan.

Lebih jauh, buku ini mampu mengobarkan semangat saya untuk bisa berkunjung mengelilingi hamparan bumi Alloh dan menjelajah jejak sejarah Islam di seluruh penjuru dunia. Seperti yang dikatakan mbak Hanum dalam bukunya, bahwa perjalanannya ini membuka mata saya bahwa Islam dulu pernah menjadi sumber cahaya terang benderang ketika Eropa diliputi abad kegelapan. Islam pernah pula bersinar sebagai peradaban paling maju di dunia ketika dakwah bisa bersatu dengan pengetahuan dan kedamaian, bukan dengan teror dan kekerasan. Sahabat Ali ra pernah berkata: "Wahai anakku! Dunia ini bagaikan samudra tempat ciptaan-ciptaan-Nya yang tenggelam. Maka jelajahilah dunia ini dengan menyebut nama Alloh. Jadikan ketakutanmu pada Alloh sebagai kapal-kapal yang menyelamatkanmu. Kembangkanlah keimanan sebagai layarmu, logika sebagai pendayung kapalmu, ilmu pengetahuan sebagai nakhoda perjalananmu, dan kesabaran sebagai jangkar dalam setiap badai cobaan." Subhanallah, sungguh sebuah nasihat yang luar biasa.

Lebih lanjut, buku ini sangat cocok bagi anda para penggemar kisah perjalanan yang sarat akan nilai-nilai spiritual, karena selain menjelajah bumi Eropa, kita akan diajak berkeliling pula secara spiritual untuk lebih mengetahui apa sebenarnya tujuan penciptaan kita di bumi ini, serta mampu membangunkan semangat dan keimanan kita pada yang Maha Kuasa. Buku ini merupakan sebuah buku perjalanan yang akan menghantarkan kita pada sebuah pencapaian yang mungkin selama ini tidak kita sadari sangat kita butuhkan :) Akhir kata, selamat membaca! :)

No comments:

Post a Comment